Jadi Rendah Hati, Bukan Meninggi

Allah ta'ala berfirman:

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

“maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An Najm: 32).

Rasulullah shallaAllah alaihi wa sallama juga bersabda:

لاَ تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمُ اللَّهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ

“Janganlah menyatakan diri kalian suci. Sesungguhnya Allah yang lebih tahu manakah yang baik di antara kalian.” (HR. Muslim)

Juga sabda beliau:

ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

“Tiga hal yang akan membawa kebinasaan:

(1) tamak dan kikir,

(2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan),

(3) dan ujub (takjub pada diri sendiri).”

(Shahihul Jaami’ 3039).

Goals kita di bulan Ramadhan bukan i'tikafnya.

Goals kita di bulan Ramadhan bukan tilawahnya berapa kali kita khatam.

Goals kita di bulan Ramadhan bukan istiqomahnya saja ketika kita menyelesaikan tarawih.

Ramadhan itu memberikan kita pelajaran bahwa tidak ada harapan terbesar yang kita harapkan di bulan Ramadhan kecuali diampuni dosanya oleh Allah.

Ada yang tilawahnya khatam 5 kali tapi belum tentu diampuni oleh Allah.

Ada yang i'tikafnya 10 hari belum tentu diampuni oleh Allah.

Ketika tilawahnya membangun kesombongan, ketika tilawahnya membangun ujub

Ketika i'tikafnya yang dia selenggarakan selama 10 hari memandang sinis kepada mereka yang jalan di depan masjid sedangkan mereka tidak tahu udzurnya.

Karena sesungguhnya ampunan Allah tidak pernah menyentuh hati yang tinggi, karena ampunan Allah sebagaimana air mencari tempat yang rendah.

Banyak orang yang menjalani Ramadhan mungkin tidak bisa i'tikaf, mungkin mereka tidak bisa tilawah, karena kebutuhan keluarganya mendesak dan lain² dari udzur yang menghalangi mereka.

Tapi dia memiliki hati yang rendah, memiliki hati yang merendah, dia merasa hina di hadapan Allah, dia mengucapkan :

"Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwā fa'fu'annī,"

Dia dalam kondisi menangis, air matanya menetes, mungkin khatamnya cuma sekali, tapi hati yang merendah menjadikan Allah menyapa dia dengan sebuah pengampunan di bulan Ramadhan.

Ramadhan itu bukan kompetisi untuk membanggakan berapa kali kita khatam.

Ramadhan itu bukan kompetisi untuk membanggakan dimana kita i'tikaf.

Ramadhan itu bukan kompetisi untuk membanggakan berapa kali kita akan bersedekah.

Bukan...

Ramadhan adalah kompetisi untuk kita menjemput ampunan dan sesungguhnya ampunan Allah itu hanya menyapa kepada hati mereka yang rendah.

Ampunan hanya menyapa mereka yang hatinya merasa hina di hadapan Allah.

Banyak di antara kita ujub dengan khatamnya.

Banyak di antara kita ujub dengan nilai sedekahnya.

Banyak di antara kita ujub dengan berapa lama i'tikafnya.

Dan berapa banyak dari kita yang suka mengatakan dengan sombong , "mungkin saya."

"Kelihatannya hari ini, hari Lailatul Qadar, Alhamdulillah saya di Masjid, rugi sekali mereka yang ada di rumah."

Tanpa dia tahu yang di rumah mungkin sedang sujud bersimpuh sambil menangis menyesali dosa mereka kepada Allah.

Namun kita yang di Masjid justru tidak bisa menangis karena kesombongan yang telah kita lakukan dalam ibadah.

Inilah yang menjadikan kita paham Ramadhan itu bukan menjadikan hati kita meninggi, Ramadhan itu menjadikan hati kita merendah.

Semoga Allah memberikan kepada kita keikhlasan dan kerendahan hati. Serta menjauhkan kita dari kesombongan dan bangga diri.

Wa billahit taufiq